Oleh Andrie Wongso
Kita tak bisa sukses sendirian. Pasti ada banyak tangan yang membantu kita meraihnya. Bersyukur dan berterima kasih atas jasa mereka akan jadi kekuatan yang mendatangkan kebaikan berlipat ganda. Sebuah kisah berikut semoga bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua tentang arti peran orang lain bagi keberhasilan kita…
Dahulu kala, ada seorang penari tari klasik Tiongkok yang sangat ternama. Gadis penari itu sangat lemah gemulai. Gerakan tiap lekukan tubuh saat menari mampu memesona siapa saja yang melihat atraksinya. Mata hampir tak pernah berkedip saat si gadis sudah pentas di atas panggung menarikan keelokan tariannya. Sampai-sampai, setiap kali pentas, tak ada orang yang rela saat ia harus menyudahi pertunjukannya.
Suatu kali, keelokan gemulai tarian si gadis sampai juga ke telinga raja di pusat kerajaan. Maka, tak lama, ia pun segera dipanggil sang raja untuk menghadapnya. Sang Raja tak sabar melihat sendiri bagaimana si gadis menari dengan gerakan memukaunya.
Namun, sebelum melakukan pentas keesokan harinya, sang raja bertanya kepada gadis penari yang saat itu datang sendirian “Wahai gadis penari, aku dengar kamu sangat elok dalam menari. Dari manakah kemampuan tersebut?”
“Paduka yang terhormat, hamba mungkin memang terlahir sebagai seorang penari. Saya mendapat pelajaran tari ini bukan dari siapa-siapa. Hamba hanya belajar dari melihat orang-orang yang sering menari saat pesta di desa hamba. Mungkin, memang takdir Sang Pencipta yang memberikan hamba berkat berupa bakat menari ini. Selain itu, memang hamba sering berlatih sendiri, sehingga mendapatkan kemampuan ini,” ujar si gadis penari sedikit sombong, karena merasa dirinya sudah berhasil memikat Sang Raja.
Mendengar penuturan gadis yang terkesan angkuh dengan kemampuannya, Sang Raja sedikit kecewa. Untuk itu, ia pun hendak memberi pelajaran kepada si gadis. “Hebat betul bakat yang kamu miliki. Karena itu, tak perlu menunggu esok hari. Aku ingin segera menyaksikan kehebatan tarianmu sekarang juga!” perintah Sang Raja.
Tiba-tiba, mendengar perintah itu, si gadis penari terlihat sangat gugup. “Maafkan hamba Baginda, bukankah jadwal menari hamba baru esok hari? Jika hari ini, hamba tak sanggup. Pemusik yang mengiringi hamba baru akan datang esok hari. Selain itu, busana yang biasa saya kenakan juga baru akan selesai esok hari, sebab saya memang merancang busana pesanan khusus demi memberikan pertunjukan terbaik pada Baginda...” keluh si gadis penari.
“Wahai penari, kamu sendiri tadi yang berkata, bahwa dirimu sendirilah yang membuat tarian itu bisa indah. Kini kamu mengaku tak bisa menari tanpa pemusik yang mengiringimu dan tanpa busana indah yang pantas,” hardik Sang Raja. “Usiamu masih muda. Tapi sayang, kamu sudah merasa bisa segalanya. Padahal sejatinya, kamu masih menggantungkan kemampuanmu pada orang lain. Hari ini, kamu aku maafkan. Semoga ini menjadi pelajaran bagimu agar tak lagi menjadi manusia yang sombong karena kemampuanmu sebenarnya tak ada artinya tanpa bantuan orang lain.”
Netter yang Luar Biasa,
Kisah tersebut merupakan gambaran betapa sebenarnya sang penari “hanyalah” artis yang baru bisa tampil luar biasa dengan “bantuan” dari orang lain. Musik indah yang mengiringi, busana cantik nan elok yang menambah kecantikan gerakannya, atau bisa juga tukang pengatur panggung yang bisa membuat mulus penampilannya. Mereka—orang-orang di balik layar—adalah komponen tak terpisahkan dari sang penari.
Justru, dukungan orang-orang di balik layar inilah yang sebenarnya kerap kali menjadi nilai paling utama dalam keberhasilan dalam sebuah penampilan. Kita sukses di kantor, bisa jadi karena kita banyak mendapat kemudahan dari para office boy yang membantu tugas kita. Kita sukses menjadi pengusaha bisa jadi karena ada banyak vendor yang membantu lancarnya supply barang-barang terbaik untuk kita jual. Pemerintahan yang berjalan dengan baik dan lancar sudah pasti pula didukung oleh semua komponen yang mendukung keberhasilan para pemimpinnya. Adanya film yang apik dan laris bukan semata karena kehebatan sutradara dan artisnya, tapi ada peran juru kamera, lampu, hingga penulis skenarionya.
Dahulu kala, ada seorang penari tari klasik Tiongkok yang sangat ternama. Gadis penari itu sangat lemah gemulai. Gerakan tiap lekukan tubuh saat menari mampu memesona siapa saja yang melihat atraksinya. Mata hampir tak pernah berkedip saat si gadis sudah pentas di atas panggung menarikan keelokan tariannya. Sampai-sampai, setiap kali pentas, tak ada orang yang rela saat ia harus menyudahi pertunjukannya.
Suatu kali, keelokan gemulai tarian si gadis sampai juga ke telinga raja di pusat kerajaan. Maka, tak lama, ia pun segera dipanggil sang raja untuk menghadapnya. Sang Raja tak sabar melihat sendiri bagaimana si gadis menari dengan gerakan memukaunya.
Namun, sebelum melakukan pentas keesokan harinya, sang raja bertanya kepada gadis penari yang saat itu datang sendirian “Wahai gadis penari, aku dengar kamu sangat elok dalam menari. Dari manakah kemampuan tersebut?”
“Paduka yang terhormat, hamba mungkin memang terlahir sebagai seorang penari. Saya mendapat pelajaran tari ini bukan dari siapa-siapa. Hamba hanya belajar dari melihat orang-orang yang sering menari saat pesta di desa hamba. Mungkin, memang takdir Sang Pencipta yang memberikan hamba berkat berupa bakat menari ini. Selain itu, memang hamba sering berlatih sendiri, sehingga mendapatkan kemampuan ini,” ujar si gadis penari sedikit sombong, karena merasa dirinya sudah berhasil memikat Sang Raja.
Mendengar penuturan gadis yang terkesan angkuh dengan kemampuannya, Sang Raja sedikit kecewa. Untuk itu, ia pun hendak memberi pelajaran kepada si gadis. “Hebat betul bakat yang kamu miliki. Karena itu, tak perlu menunggu esok hari. Aku ingin segera menyaksikan kehebatan tarianmu sekarang juga!” perintah Sang Raja.
Tiba-tiba, mendengar perintah itu, si gadis penari terlihat sangat gugup. “Maafkan hamba Baginda, bukankah jadwal menari hamba baru esok hari? Jika hari ini, hamba tak sanggup. Pemusik yang mengiringi hamba baru akan datang esok hari. Selain itu, busana yang biasa saya kenakan juga baru akan selesai esok hari, sebab saya memang merancang busana pesanan khusus demi memberikan pertunjukan terbaik pada Baginda...” keluh si gadis penari.
“Wahai penari, kamu sendiri tadi yang berkata, bahwa dirimu sendirilah yang membuat tarian itu bisa indah. Kini kamu mengaku tak bisa menari tanpa pemusik yang mengiringimu dan tanpa busana indah yang pantas,” hardik Sang Raja. “Usiamu masih muda. Tapi sayang, kamu sudah merasa bisa segalanya. Padahal sejatinya, kamu masih menggantungkan kemampuanmu pada orang lain. Hari ini, kamu aku maafkan. Semoga ini menjadi pelajaran bagimu agar tak lagi menjadi manusia yang sombong karena kemampuanmu sebenarnya tak ada artinya tanpa bantuan orang lain.”
Netter yang Luar Biasa,
Kisah tersebut merupakan gambaran betapa sebenarnya sang penari “hanyalah” artis yang baru bisa tampil luar biasa dengan “bantuan” dari orang lain. Musik indah yang mengiringi, busana cantik nan elok yang menambah kecantikan gerakannya, atau bisa juga tukang pengatur panggung yang bisa membuat mulus penampilannya. Mereka—orang-orang di balik layar—adalah komponen tak terpisahkan dari sang penari.
Justru, dukungan orang-orang di balik layar inilah yang sebenarnya kerap kali menjadi nilai paling utama dalam keberhasilan dalam sebuah penampilan. Kita sukses di kantor, bisa jadi karena kita banyak mendapat kemudahan dari para office boy yang membantu tugas kita. Kita sukses menjadi pengusaha bisa jadi karena ada banyak vendor yang membantu lancarnya supply barang-barang terbaik untuk kita jual. Pemerintahan yang berjalan dengan baik dan lancar sudah pasti pula didukung oleh semua komponen yang mendukung keberhasilan para pemimpinnya. Adanya film yang apik dan laris bukan semata karena kehebatan sutradara dan artisnya, tapi ada peran juru kamera, lampu, hingga penulis skenarionya.
Maka,sudah sepantasnya kita mampu melihat siapa dan apa saja yang membantu kesuksesan kita. Dengan kesadaran bahwa kita bukan siapa-siapa tanpa peran orang lain, maka kita pun akan terjauhkan dari kesombongan. Dan kemudian, dengan menjaga hubungan baik dengan mereka yang membantu kita, akselerasi kesuksesan yang kita raih pun akan berjalan dengan lebih cepat dan penuh manfaat.
Mari terus kembangkan kesalingpengertian, dengan siapa saja yang membantu kita. Sehingga, apa pun pencapaian, apa pun bentuk kesukesan, semua akan memperoleh kemanfaatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment yg membangun ya.. Thx