Oleh Tim AndrieWongso
Sebuah cerita nyata dari pengalaman seorang pemuda dermawan yang hatinya dihentakkan oleh sepasang kakek dan nenek misterius ketika sedang menaiki keretacommuter line
Kisah ini dilansir dari akun facebook salah satu penumpang KRL saat itu :
Siang itu, saya menaiki KRL jurusan Depok–Jakarta Kota karena ada urusan pekerjaan. Begitu menaiki kereta, saya mencari langsung mencari tempat duduk yang kosong karena perjalanan saya lumayan jauh. Kemudian saya melihat ada sebuah tempat kosong. Namun, saya merasa heran ketika melihat orang-orang di dekat tempat kosong tersebut tidak ada yang mau duduk di tempat tersebut. Mereka malah lebih memilih berdiri berdesakan. Dengan hati lega, saya pun langsung menduduki tempat kosong tersebut.
Setelah saya duduk di tempat tersebut, barulah saya menyadari mengapa orang-orang membiarkan tempat duduk itu kosong. Ternyata, kakek tua yang duduk di seberang saya bersama dengan sang nenek, mengeluarkan bau yang tidak sedap. Setelah duduk, saya juga baru sadar bahwa penampilan mereka sangat lusuh dan kumal. Dalam hati saya berkata, lantas saja tidak ada yang mau duduk di sini. Bahkan, ada seorang ibu-ibu yang rela tidak jadi naik kereta tersebut dan muntah-muntah karena tidak tahan dengan baunya.
Karena setiap hari melewati tempat pembuangan sampah, saya sudah terbiasa dengan bau yang tidak sedap. Sekilas penampilan kakek-nenek tersebut memang terlihat seperti sepasang pengemis yang baru mau beraksi. Selama perjalanan, saya memperhatikan sekeliling banyak yang menutup hidungnya, bahkan bergumam terang-terangan di depan si kakek-nenek.
Kemudian tidak berapa lama, datang seorang pemuda dengan gaya yang lumayanstylishdenganheadsetyan
Mungkin karena tidak enak hati, pemuda tersebut mulai mengobrol dengan sang kakek untuk mengalihkan perhatian. Dimulai dari nama, umur, tujuan, sampai anakpun menjadi topik pembicaraan. Dari pembicaraan tersebut, saya mengetahui tujuan kakek-nenek tersebut adalah stasiun Gondangdia, Jakarta.
Rangkaian kereta mulai mendekati stasiun tujuan sepasang kakek-nenek tersebut. Terlihat pemuda itu merogoh saku celananya dan mengambil selembar uang seratus ribu rupiah. Pemuda itu berkata pada sang kakek, “Kek, ini saya ada rezeki lebih. Mudah-mudahan bisa bantu sedikit.” Namun, pasangan yang dikira pengemis itu malah menjawab, “Maaf,dek. Bukannya sombong. Tapi agama saya bilangnggakboleh mengemis,wong saya masih mampu, kok. Biarnggakpunya, tapi Tuhan pasti kasih rezeki kalau memang waktunya. Sekali lagi, maaf ya. Saya sama istringgakmau sudah susah-susah ujungnya malah dikasih orang lain. Mendingan saya tunggu, nanti pasti dikasih sama Tuhan.”
Mendengar jawaban sang kakek, saya sangat terenyuh. Setelah kakek tersebut turun di stasiun tujuan, saya menghampiri pemuda tadi dan bertanya, “Maaf, mas. Itu kakek tadi kerjanya apa ya?” Pemuda itu menjawab bahwa kakek tersebut bekerja sebagai seorang tukang sol sepatu dan nenek tersebut adalah tukang sapu. Saya sangat malu dan tergugah setelah mendengar jawaban tersebut. Seseorang yang awalnya saya kira pengemis, ternyata sangat mempercayai bahwa dirinya masih punya kemampuan untuk bekerja.
Netter yang Bijaksana,
Dari kisah nyata di atas, bisa dilihat, bahwa kemampuan seseorang bukan dilihat dari umur. Tapi dari semangat dan keyakinan. Di masa kini, banyak pemuda yang terlihat masih gagah dan punya banyak kelebihan dan kemampuan, mereka malah sering menunggu bantuan dari orang lain atau melewati jalan pintas untuk mencapai sesuatu.
Mudah-mudahan kisah ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi Anda agar tetap semangat dan teguh pada keyakinan bahwa Anda mampu mencapai tujuan Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment yg membangun ya.. Thx