"HIDUP INI MILIK KITA"
Seringkali muncul perasaan kecewa, marah dan sedih saat orang lain memperlakukan kita tidak semestinya. Apa yang dilakukan selalu dianggap salah. Apa yang dihasilkan selalu dianggap tidak berguna, bahkan dianggap merusak atau mengganggu orang. Padahal yang kita lakukan itu sudah benar dan bermanfaat bagi orang lain.
Bukan itu saja, bahkan hal yang bersifat pribadi pun sering dijadikan ajang untuk menebar gosip atau fitnah. Sesuatu yang tidak ada urusan dengan orang lain, sering dinyinyirin mereka yang berhati picik dan jahat.
Kala kita mengganti smartphone baru karena yang lama sudah rusak dan padam, akan dianggap sedang pamer. Saat kita membeli pakaian baru di counter bermerek karena pakaian yang dicari hanya ada di sana, akan dianggap orang yang sok kaya. Ketika kita makan di restoran karena undangan dari sahabat, akan dianggap orang yang boros. Saat kita menggunakan tas yang warnanya sedikit lusuh, namun masih enak dipakai, akan dipandang tidak gaul. Ketika kita mengenakan sepatu yang sudah berumur 5 tahun, akan dianggap tidak ngetrend. Pokoknya semua serba salah.
Lantas, apakah yang harus dilakukan? Marah dan membalas perlakuan mereka? Sia-sia saja... karena jiwa mereka itu selalu dipenuhi pikiran negatif. Dalam keadaan demikian, sudah sepantasnya kita mengurangi intensitas pertemuan dengan mereka. Atau barangkali lebih bagus jika dapat menjauhi mereka yang gemar menyakiti hati.
Memang langkah terbaiik adalah dapat merangkul dan menyadarkan mereka. Pertanyaannya, apakah kita sudah siap mental apabila justru mendapat cibiran yang lebih kasar? Apakah kita memiliki energi lebih untuk menahan gempuran serangan "lidah" mereka yang pedas? Apakah kita sudah mencapai tingkat kesabaran level dewa, jika terus menerus menerima hinaan?
Jika semua syarat di atas belum dimiliki, maka langkah paling bijaksana adalah menghindar atau menjauhi mereka. Selanjutnya, kita harus membiasakan diri untuk tidak menanggapi fitnah secara berlebihan. Tahan diri, jika tidak hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga sia-sia.
Kita juga harus menyaring apapun yang diterima di telinga. Jika ternyata kita yang salah, maka kita harus segera introspeksi dan memperbaikinya. Jangan "keukeh" mempertahankan kesalahan. Ini tidak baik.
Sobatku yang budiman...
Biarkan saja orang mau berkata apa saja, selagi kita tidak mengganggu hidup orang lain. Hidup ini milik kita dan bukan mereka yang menjalani hidup kita.
Sedih, kita yang rasakan.
Sakit, kita yang tahankan.
Senang, kita yang nikmati.
Bukan mereka...
Buat apa dipikirin dan dijadikan beban hidup?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment yg membangun ya.. Thx