SMILING IS POWERFUL MEDICINE
By GC
Pengalaman ini terjadi di tahun 1988, saya ketika itu baru saja lulus dari Sekolah Asisten Apotekher dan bekerja di salah satu apotek di Jakarta sebagai seorang Junior pharmacist alias asisten apotekher. Salah seorang rekan saya pernah curhat demikian kepada saya. “Dunia ini tidak adil!” Katanya. “Coba kamu bayangkan, dokter memeriksa pasien, mencharge pasien dengan fee yang mahal. Lalu kemudian pasien itu ke apotek menebus obatnya.”
“Coba kamu pikir… apa yang terjadi jika setelah meminum obat itu pasien itu menjadi sembuh? Pasti yang dipikirkan adalah wahhhh… dokter itu pintar ya. Adakah pasien tersebut berpikir, wahhhh… pharmacist itu pintar ya, obat yang diraciknya bagus ya. Tidak ada bukan?
Lalu Bagaimana jika dokter memberikan obat lalu ternyata obat itu tidak ampuh dan pasien tersebut meninggal? Si Dokter? Masih tetap di puji. Terkadang malahan ditulis dikoran dengan mengucapkan “Terima kasih dokter…., selama hidupnya ayah saya sudah dibantu semua pengobatannya. Bagaimana dengan Pharmacist, jika pasien terjadi apa-apa. Maka sudah pasti Pharmacist itu akan berhadapan dengan hukum. Padahal bisa saja kejadian itu dipicu karena tulisan dokter dalam resep yang tidak bisa terbaca dengan baik. Atau bisa jadi juga kejadian itu karena dokter salah menulis resep obat. Tapi jika Pharmacist tetap memberikan obat itu (Ingat… sekalipun dokter salah tulis), maka tetap aja secara hukum Pharmacist yang salah.”
Saya tertawa mendengar keluh kesahnya tentang ketidakadilan dunia ini terhadap seorang Pharmacist. Lalu saya bertanya sama dia: “Jika sikap kamu terus menggerutu seperti ini, memangnya bisa menghasilkan apa? Kemarin saya lihat kamu diomelin sama salah satu pasien. Karena sikap kamu dianggap kurang ajar sama dia. Apakah memang seperti itu yang kamu inginkan?”
“Saya belajar dari pengalaman saya ketika saya sekolah dan saya diminta untuk membantu menjaga toko buku milik kakak saya. Tidak berapa lama saya membantu, saya disuruhnya pulang oleh suami kakak saya karena muka saya cemberut terus dan sering bengong katanya. Sehingga membuat pelanggan ga nyaman. Sejak kejadian itu , maka saya bertekad untuk selalu fokus dengan apa yang saya kerjakan, dan mengeluarkan senjata terbaik saya yaitu: “Senyum”. Kamu pernah melihat saya bermasalah dengan pelanggan?” begitu saya berbicara pada sahabat saya itu.
Ya! Senyum itu adalah obat yang sangat kuat dan sangat ampuh yang dapat mengobati hubungan kita dengan pelanggan kita. Di dalam hidup yang terkadang negatif terhadap hidup kita kita selalu punya dua opsi, apakah kita akan menghadapinya juga dengan negatif atau kita mau menyikapinya dengan positif?
Di kemudian hari, saya belajar ternyata senyum itu memang bukan hanya sekedar memperbaiki hubungan dengan orang lain saja. Tetapi senyum itu ternyata juga membangun diri kita dari dalam dan membuat hidup kita lebih sehat.
Tara Kraft dan Sarah Pressman dari University of Kansas adalah dua orang ilmuwan psikologi yang meneliti tentang senyuman ini. Mereka mendapati bahwa ternyata memasang senyum di wajah kita menurunkan tingkat stress serta baik untuk jantung kita.
Senyum juga ternyata membantu kita untuk hidup lebih panjang. Beberapa ahli dari Wayne University di Michigan, Amerika Serikat mengambil kesimpulan setelah meneliti 230 gambar-gambar pemain baseball yang dicetak pada tahun 1952, dimana difoto itu memuat data-data pemain seperti usia, berat, tinggi dan status pernikahan. Para peneliti mengurutkan berdasarkan rangking dari wajah dengan senyuman yang terbaik atau bahkan tertawa hingga muka yang murung dan sedih.
Dari 184 pemain yang sudah meninggal, mereka yang ternyata berada di bagian “No smile” usianya rata-rata 72.9 tahun sedangkan di bagian “partial smile” usianya rata-rata 75 tahun dan mereka yang senyumnya paling lebar ternyata usianya rata-rata 79.9 tahun.
So friends, ternyata senyum itu memperpanjang usia kita loh. Oleh karenanya biasakan senyum.
Senyum ternyata juga mempunyai begitu banyak efek positif lainnya. Ada peneliti yang membuktikan bahwa senyum itu meningkatkan efektivitas di tempat kerja. Senyum meningkatkan mood kita. Senyum ternyata meningkatkan aktivitas otak kiri kita (brain’s left anterior temporal region) yang merupakan area yang berhubungan dengan dorongan pengaruh positif dalam hidup kita. Dll.
Dan senyum itu menular, dan senyum itu universal language yang dimengerti oleh seluruh manusia sekalipun hewan. Jadi senyum itu mudah dan senyum itu indah.
Untuk semua sahabat-sahabat saya Pharmacist di mana pun berada. Bekerja sebagai Pharmacist memang sangat sulit. Perlu kesabaran, perlu ketelatenan, perlu ketekunan. Tapi obat yang kita hasilkan akan jauh berbeda efeknya jika kita tambah dengan senyuman kita. Sebab senyum itu sendiri merupakan obat yang sangat dahsyat. Sebab itu tetaplah semangat dan kenakan selalu senyuman terbaik kita saat melayani pasien.
Di hari The World Pharmacist Day saya hadiahkan salah satu lagu favorit saya dari Nat King Cole: SMILE https://youtu.be/YXuB6md9zPk
“Let us always meet each other with smile, for the smile is the beginning of love.” - Mother Teresa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment yg membangun ya.. Thx