Jumat, 28 April 2017

Topeng kehidupan dan siapa sebenarnya kita.

Topeng kehidupan dan siapa sebenarnya kita.
Simon adalah ilmuwan jutawan yang menemukan perangkat canggih yang bisa merubah dirinya menjadi siapa saja. Mau menjadi tampan digandrungi cewek sejagat, atau kekar perkasa, bahkan mirip wajah siapapun dengan kesamaan suaranyapun bisa. Teknologi memang luar biasa.
Simon berganti menjadi jutawan, masuk bank menarik uang si raja minyak. Menjadi pemuda ganteng di puja puji. Menjadi bintang filem top dan hidup dalam hedonisme nya. Menjadi eksekutip dengan jet pribadinya. Wanita macam apapun sudah bertekuk lutut dihadapannya, kekayaan sebesar apapun sudah dinikmatinya, keenakan makanan apapun sudah dicobanya, kemewahan gaya apapun sudah dilewatinya. Tujuan manapun sudah dilihatnya.

Seratus wajah sudah dilewatinya, dengan bangga dia bisa berkata sudah merasakan apapun surga di bumi, dan kenikmatan yang pernah tercipta. Harta, wanita, karier, kekuasaan, nama besar, semuanya sudah dimilikinya.
Simon sudah tidak lagi bisa merasakan apa yang enak, nyaman, dan bahagia, semuanya terasa sama, dan membosankan, memuakkan. Dia bahkan iri terhadap seorang pengemis yang kegirangan menerima hadiah makanan sisa dari seorang seorang tamu restoran. Simon memandang kaca, dia bertanya : “Siapa orang itu, didepan kaca itu? Mengapa aku tidak lagi mengenalinya?”
* Kebahagiaan adalah sebuah binatang ajaib. Kita mengejar harta, wanita, kekuasaan, jabatan, kehebatan, dan kita menemukan fatamorgana yang pelahan memudar. Dengan telanjang kita memandang kembali eksistensi kita; semoga akan kita temukan kebahagiaan sejati, walau beserta segala kekurangan dan kesedihan dan kesakitan yang datang bersamanya. Kita buang topeng kita, dan berdiri apa adanya. Telanjang wajah, terbuka hati, dan bersyukur. Bersyukur atas kekurangan kita. Bersyukur atas segala yang tidak dapat kita miliki, karena mungkin memang itu bukan takdir kita. Karena memiliki segalanya bukanlah kebahagiaan. Kebahagiaan justru datang saat kita hanya mampu memiliki sejumput apa yang berhasil kita dapatkan, dan bersyukur. Terimakasih kepada apapun yang telah datang pada perjalanan kehidupan ini.
*Tanadi Santoso (Re-Post)
* Diilhami oleh filem “Mission Imppossible” dan “The Saint”; konsep "Hedonic Adaptation"; dan kesadaran bahwa kesedihan adalah bagian dari kebahagiaan, dan sempura itu sebuah fatamorgana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment yg membangun ya.. Thx